Hari ini aku bergegas untuk berangkat kerja. Namun, tidak seprti biasanya aku di jemput oleh pak Maman. Untuk kali ini, Pak Maman izin tidak bisa mengantar aku ke tempat kerja karena anak nya yang paling kecil sedang sakit. Dengan terpaksa aku berangkat kerja dengan naik kendaraan umum. Aku harus menghadapi keras nya ibukota di pagi hari. Aku harus menunggu di halte yang tidak jauh dari rumah aku. Aku menunggu selama kurang lebih setengah jam dan hampir saja aku terjatuh karena kaki ku yang keram berdiri dan tidak ada yang merasa kasihan untuk memberi tempat duduk untuk ku. Mungkin mereka tidak punya hati atau mereka tidak peka.
Akhirnya, metromini yang ku tunggu datang. Aku hampir saja tidak jadi naik Karena aku melihat metromini itu tidak layak untuk di naiki. Metromini itu sudah kelebihan penumpang. Sampai-sampai, banyak penumpang lelaki yang bergelantungan di dekat pintu metromini. Apa harus aku seperti mereka?aku kan kaum perempuan, apa aku kuat menahan beban di tangan ku untuk pegangan di besi atap metromini itu?. Saat itu juga kepala ku merasa pusing dan dada ku terasa sesak karena menghirup udara kotor yang di keluarkan kendaraan di pagi itu. Beruntung saja, ada yang mau memberi ku jalan untuk memasuki metromini ini. Sehingga aku dapat terangkut.
Aku tak menyangka akan sesial ini nasib ku. Bayangkan saja, aku berdiri tepat di sebelah lelaki paruh baya yang membawa seekor ayam jantan yang di masukkan ke dalam keranjang rotan yang di anyam. Ayam itu selalu saja berkokok dan hampir saja mematuk kaki ku yang halus dan nyaris tidak ada setitik pun luka. ‘Pak ! ayam nya mau mematuk aku itu ...”kata ku dengan penuh emosi. “Oh, maaf neng ! Maafkan saya ya ... “ sahut lelaki itu sambil memindahkan keranjang ayam itu.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya aku sampai di kantor. Baru saja aku menginjakkan kaki di lobby kantor, Tika sahabat ku menyapa dengan penuh senyuman. “Nay, kok kamu datang-datang keringatan dan tergopoh-gopoh? Memangnya kamu tadi naik apa?”Tanya Tika pada ku. Sambil mengusap keringat dengan tissue “Oh, itu aku tadi pagi naik kendaraan umum !””Loh, tukang ojek kamu kemana memang nya? ”Tanya Tika lagi. “Anaknya sedang sakit Tik !”Jelas aku. “Oh, begitu ya. Pantas saja kamu tidak seperti biasanya datang dengan wajah berseri-seri.
Setelah setengah hari berlalu, inilah saat nya untuk beristirahat. Biasanya, aku beristirahat dengan meluangkan waktu untuk membuka akun Facebook. Karena, hanya dengan itulah aku bisa menghilangkan sejenak rasa lelah ku. Aku melihat permintaan teman ku ada satu. Ketika aku lihat, nama akunnya adalah Previ Putra Satrio. Tersentak aku bingung. Siapakah dia dan dari mana asalnya. Ketika aku melihat-lihat profile nya, ternyata pendidikan sekolah dasar nya sama dengan aku dan tahun lulusnya sama.
Tapi, kenapa aku tidak kenal dengan dia? karena aku penasaran, akhirnya aku mengirimkan dia pesan. Bunyi pesannya adalah “Hai, terimakasih ya . . . by the way, kamu siapa? alumni SD Universal juga ya?”. Aku berharap pesan singkat ku itu terbalaskan olehnya bukan untuk diabaikan.
Hari sudah larut malam. Lagi-lagi aku harus menghadapi kerasnya ibukota dengan kemaacetan di malam hari. Sebelum pulang aku sempatkan untuk shalat Maghrib dahulu di kantor. “Hai Nayla ! aku duluan ya.” Sahut Tika padaku sambil menepuk bahu kiriku. “Oh, iya tik. Duluan saja. Hati-hati ya di jalan.”
Ketika sampai di rumah, aku membanting tas yang cukup berat yang membuat bahu kanan ku sakit karena seharian aku panggul. Sebenarnya aku lelah sekali dan ingin cepat-cepat bergegas tidur malam. Tetapi, aku selalu terbayang wajah lelaki yang kutemui dalam akun FB ku itu. Dan aku selalu bertanya-tanya apakah pesan singkat ku itu terbalaskan? atau tidak?.
Setelah aku berganti pakaian tidur dan mencuci muka, aku membuka notebook ku yang bermaksud ingin membuka FB. Sebelumnya, aku merasa cemas dan merasa takut. Karena, aku takut pesan ku itu hanya di abaikan. Dan pasti aku akan malu sekali. Ternyata, kecemasan itu terbalaskan dengan senyuman. Pesan ku di balas oleh nya, saat itu aku merasa senang sekali. Bunyi balasan pesan itu adalah “Hai juga, Iya sama-sama. Oh, iya. Kamu juga alumni di sana ya? aku angkatan tahun 2002, kamu juga kan?.” Nayla : “Oh, jadi benar ya kamu itu alumni SD Univversal juga. Kebetulan aku juga lho ! tapi kok, aku tidak pernah melihat kamu ya?”. Previ : “Jelas saja kamu nggak pernah melihat aku. Aku itu, pindahan dari Yogya, dan pada saat itu juga aku kelas VI-C, kamu VI-E kan?”. Nayla : “Iya, aku kelas VI-E, kok tahu deh? Sekarang kamu tinggal dimana? Sudah bekerja?”. Previ : “Dulu, aku punya teman yang sangat dekat di kelas VI-E itu, dan teman ku itu sering sekali menceritakan tentang kamu, kata nya dulu kamu itu anak yang pendiam dan pintar dalam bidang matematika. Betul kan? Aku sekarang tinggal di Bandung. Sudah kok, aku sudah bekerja, allhamdulillah sekarang aku punya usaha sendiri yaitu Distro di Bandung.”
Begitulah sedikit cerita pesan-pesanan ku dengan nya. Aku merasa senang sekali bisa kenal dengan seorang Previ yang asyik dan baik sekali padaku. Dan, tanpa bertemu pun, aku sudah merasa tertarik padanya. Aku berharap aku bisa lebih dekat denganya. Pesan-Pesanan aku dengan nya tidak hanya sampai disini saja. Sampai-sampai aku bertukar nomor telefon dengan nya. Pesan-Pesanan aku berlanjut hingga kurang lebih dua bulan. Aku memasuki masa libur kerja. Karena dua hari lagi akan terjadi pergantian tahun. Pada pergantian tahun kali ini aku tidak bisa merayakan seprti biasanya, karena aku sedang malas untuk keluar rumah dan memilih untuk diam saja di dalam rumah selama dua hari berturut-turut. Hanya untuk membeli sesuatu aku berani untuk keluar rumah.
Sebenarnya, aku merasa bosan kerjaan ku hanya browsing, memasak, dan hanya nonton telenovela. Tetapi, aku juga bingung harus kemana malam nanti. Tika sahabat ku juga sudah merayu ku untuk pergi bersama nya di malam pesta tahun baru yang diadakan nanti malam di kantor. Tapi, aku benar-benar malas. Dan, detik-detik malam pergantian tahun pun tiba. Aku mendengar bunyi ratusan petasan dan kembang api di luar sana. Aku hanya bisa melihat di balik jendela kamar. Lalu, merekamnya lewat video di handphone ku. Sekitar jam 00.10 handphone ku berdering sesaat rekaman ku terhenti ketika aku lihat nama Previ muncul di layar handphone ku. Aku merasa gugup. Baru kali ini aku secara tiba-tiba di telefon dia. Aku bingung harus ngomong apa sama dia dan untuk apa dia menelfon ku? Tanpa berfikir panjang aku pun mengangkat telefon nya.
“Hallo, Nayla ya?”tebak Previ. “Iya, ada apa ya Prev?”Tanya ku basa basi. “Engga, aku hanya ingin mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU pada mu. Itu saja kok, tidak mengganggu kan?”. “Oh, tidak kok tidak justru aku senang bisa berbicara dengan mu walaupun hanya lewat telefon”. Setengah jam berlalu aku mengobrol dengan nya. Dan apa yang terjadi? Aku menjalin hubungan dengan lelaki yang baru ku kenal dan belum sempat bertemu.
Malam itu rasanya tak akan bisa ku lupakan. Aku menyimpan semua itu secara diam-diam dan aku rasakan sendiri sampai-sampai sahabat ku sendiri tidak mengetahui. Aku takut bila ku ceritakan pada Tika, dia akan memberitakan pada teman-teman ku yang lain. Tahu sendiri, mulut nya terkadang suka tak bisa di jaga. Lebih baik ku simpan dalam-dalam saja.
Tiga bulan sudah aku menjalin hubungan dengan Previ dan selama itu pula aku belum sekali pun bertemu dengan nya. Karena aku dan Previ sangat sibuk sekali. Dia mengurus Distro nya dan aku menyelesaikan tugas dari kantor. Kami berkomunikasi hanya lewat telefon dan melalui jejaring social Facebook. Dan tak lebih dari itu. Jujur, sebenar nya aku penasaran sekali paras wajah nya dan bentuk tubuh nya. Apakah dia pendek? ataukah tinggi?
Semakin hari semakin tumbuh rasa sayang ku pada nya. Aku semakin merasa tidak mau kehilangannya. Sampai-sampai dalam pembicaraan singkat lewat Short Message Send, aku dan Previ merencanakan suatu pernikahan yang sulit untuk aku bayangkan. Bagaimana bisa aku menikah dengan Previ? Bertemu saja belum pernah apalagi sampai kepikiran ke situ.
Aku ingat sekali kata-kata Previ yang di berikan untuk ku agar aku tak patah semangat. Dia bilang : Nayla ku sayang, di dunia ini tidak ada hal yang tak mungkin. Sebelum kita mencoba dan berusaha untuk melatih nya. Hadapi semua masalah di dunia ini dengan penuh senyuman ya ... “
Aku bingung, Previ ini malaikat atau manusia? Kok bisa ya, seorang lelaki yang tidak terlalu aku mengenal asal usul nya, memberi aku semangat dengan penuh kasih sayang.
Suatu hari, aku di ajak bertemu dengan Previ di salah satu tempat favourite Previ di Bandung. Dan pada saat itu juga aku sedang Cuti kerja. Aku ingin sekali berlibur dan cepat-cepat bertemu dengan nya. Maklum saja, selama kami berpacaran, kami belum sekali pun bertemu. Dan rencana nya, setelah aku bertemu dengan Previ aku akan di kenalkan keluarga nya di daerah Yogya.
Previ bilang aku tunggu di Café persis di sebrang stasiun kereta api. Karena Café itu adalah tempat favorite Previ. Previ memakai kaos warna hitam dan celana jeans pendek sambil mengendarai motor matic berwarna hitam. Entah mengapa ia senang sekali dengan warna hitam. Sepuluh menit berlalu aku menunggu nya. Aku mulai bosan menunggu nya. Tapi, aku harus sabar. Saat aku sedang pesan makanan di bar. Aku tersentak kaget mendengar klakson kereta yang begitu panjang dan jeritan para warga sekitar. Aku sudah menduga pasti ada yang tertabrak kereta. Dan aku pun keluar Café untuk melihat kejadian tersebut.
Dan… Jantung ku lemah, kaki ku lemas. Aku tak percaya melihat ini semua. Mayat lelaki yang di bopong warga mirip sekali dengan ciri-ciri Previ. Baju hitam, celana pendek jeans, dan motor matic berwarna hitam. Tidak-tidak, itu pasti bukan Previ ! kata hati ku menjerit dan bilang tidak. Dengan tergopoh-gopoh aku berlari berniat untuk mendekati mayat itu dan melihat wajah nya yang hampir hancur mungkin terlalu keras di terjang kereta api. Benar-benar sulit untuk di kenali. Tempurung kepala nya hancur, hingga cairan otak nya keluar. Sungguh ironis sekali. Memang paras wajah nya hampir mirip dengan paras wajah yang ada di facebook. Agar lebih menyakinkan aku melihat-lihat isi ponsel nya yang terjatuh persis di samping kanan tubuh nya.
Aku melihat pesan terakhir di kotak keluar nya. Isi pesan tersebut sama dengan isi pesan masuk terakhir di ponsel ku yang berisi “Tunggu Aku. Jika terjadi sesuatu apapun itu jangan tinggalkan aku … “